Kalo berbicara kakao emang tak ada habisnya baik kulit, buah, biji, samapi pohonya juga. kalo kita pada suatu hari nanti berkesempatan untuk berkunjung ke perkebunan kakao jangan heran kalo dalam satu pohon ada beberapa warna buah yang berbeda antara tangkai yang satu dengan tangkai lainya. hal ini diakrenakan selain faktor genetik, alam, juga sengaja dibuat oleh para petani kakao baik secara konvensional ataupun modern. selain itu juga buah kakao antara negara ataupun daerah walaupun jenis dan klonya sama biasanya memiliki kualitas yang berbeda baik dari segi keasaman, kandungan lemak, jua berpenagruh terhadap kandungan metabolit sekunder yang ada didalamnya. hal tersebut kemungkinan besar karena proses adapatasi buah kakao terhadap lingkungan sekitarnya berbeda-beda.
This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 3 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Kamis, 19 April 2012
Keunikan Buah Kakao
Kamis, April 19, 2012
Unknown
No comments
Buah kakao merupakan tanaman yang sangat menguntungkan sekali baik bagi petani, pengusaha, pedagang, bahkan pemerintah sekalipun. seperti yang telah dijelaskan pada tulisan sebelumnya mengenai manfaat yang begitu banyak dari buah kakao ini, dimana ia merupakan bahan baku cokelat yang sangat terkenal dalama industri makanan dan minuman. disisilain kakao juga merupakan objek penelitian bagai kalangan industri, institusi pemerintah, maupun perorangan. selain dari rasanya yang sangat enak dan kaya akan manfaat kesehatan buah kakao juga memiliki sisilain yang sangat menarik sekali untuk dikaji lebih dalam, misalnya kulit biji buah kakao telah diketahui mengandung glutamin, mineral dan hormon-hormon yang membantu proses tumbuh dan berkembangnya suatu tanaman. sehingga tak heran kalo akhir-akhir ini kulit buah kakao yang dulu dianggap sampah tak berguna, menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
Kalo berbicara kakao emang tak ada habisnya baik kulit, buah, biji, samapi pohonya juga. kalo kita pada suatu hari nanti berkesempatan untuk berkunjung ke perkebunan kakao jangan heran kalo dalam satu pohon ada beberapa warna buah yang berbeda antara tangkai yang satu dengan tangkai lainya. hal ini diakrenakan selain faktor genetik, alam, juga sengaja dibuat oleh para petani kakao baik secara konvensional ataupun modern. selain itu juga buah kakao antara negara ataupun daerah walaupun jenis dan klonya sama biasanya memiliki kualitas yang berbeda baik dari segi keasaman, kandungan lemak, jua berpenagruh terhadap kandungan metabolit sekunder yang ada didalamnya. hal tersebut kemungkinan besar karena proses adapatasi buah kakao terhadap lingkungan sekitarnya berbeda-beda.
Kalo berbicara kakao emang tak ada habisnya baik kulit, buah, biji, samapi pohonya juga. kalo kita pada suatu hari nanti berkesempatan untuk berkunjung ke perkebunan kakao jangan heran kalo dalam satu pohon ada beberapa warna buah yang berbeda antara tangkai yang satu dengan tangkai lainya. hal ini diakrenakan selain faktor genetik, alam, juga sengaja dibuat oleh para petani kakao baik secara konvensional ataupun modern. selain itu juga buah kakao antara negara ataupun daerah walaupun jenis dan klonya sama biasanya memiliki kualitas yang berbeda baik dari segi keasaman, kandungan lemak, jua berpenagruh terhadap kandungan metabolit sekunder yang ada didalamnya. hal tersebut kemungkinan besar karena proses adapatasi buah kakao terhadap lingkungan sekitarnya berbeda-beda.
Minggu, 22 Januari 2012
Minggu, 02 Oktober 2011
Mikroorganisme pada Proses Fermentasi Biji Kakao
Minggu, Oktober 02, 2011
Unknown
No comments
Mikroorganisme pada Proses Fermentasi Biji Kakao
Secara umum mikroorganisme yang tumbuh pada pulp dan memegang peranan penting dalam proses fermentasi biji kakao adalah ragi dan bakteri. Jenis ragi yang tumbuh pada fermentasi kakao berbeda-beda tergantung pada faktor geografis, waktu fermentasi dan varietas kakao yang diolah. Populasi mikroba yang tumbuh selama proses fermentasi yaitu ragi, bakteri asam laktat dan bakteri asam asetat (Schwan et al., 1995).
1. Ragi
Jenis ragi yang sering ditemukan adalah Saccharomyces cerevisiae, Elipsoideus, Saccharomyces sp., Picjia fermentans, Torulopsis sp., Koeckera spiculata, dan Hansenula anomal I. Ragi ini menyebabkan proses fermentasi alkohol serta menghasilkan karbondioksida dan panas, selain itu juga berfungsi melepaskan pulp (Away, 1989).
Kegiatan ragi dominan pada 24 jam pertama, kadar alkohol maksimum yang dapat dicapai sekitar 3,7%. Dengan meningkatnya kadar alkohol yang dihasilkan maka jumlah ragi akan menurun karena pertumbuhannya dihambat oleh alkohol yang bersifat sebagai desinfektan. Setelah 48 jam fermentasi dapat dikatakan tidak terdapat lagi ragi (Nurhidayat, 1984).
Dalam proses fermentasi, Schwan et al. (1997), Jespersen et al. (2005), dan Galvez (2006) menekankan pentingnya populasi jamur yang akan membantu mendegradasi pulp dengan bantuan enzim pektinolitik. Ardhana & Fleet (2003) memiliki kesimpulan tambahan, bahwa khusus proses fermentasi di Indonesia, fungi berfilamen (ragi) diduga memiliki kontribusi yang juga signifikan dalam proses fermentasi kakao.
Genus yang pertama disebutkan berperan dalam proses konversi sukrosa, glukosa, dan fruktosa pada pulp menjadi etanol, serta menyediakan alkohol untuk dimanfaatkan oleh bakteri asam asetat (Ardhana & Fleet, 2003).
Tabel 1. Ragi yang diisolasi dari fermentasi biji kakao di empat negara (Schwan &Wheals, 2004).
Brazil | Ghana | Malaysia | Belize |
Candida bombi | Candida spp | Candida spp | Candida spp |
Candida pelliculosa | Hansenula spp | Debaryomyces spp | C. boidinii |
Candida rugospelliculosa | Kloeckera spp | Hanseniaspora spp | C. cacoai |
Kloeckera apiculata | Pichia spp | Kloeckera spp | C. guilliermondii |
Kluyveromyces marsiamus | Saccharomyces spp | Rhodotorula spp | C. intermedia |
Kluyveromyces thermotolerans | Saccharomycopsis spp | Saccharomyces spp | C. krusei |
S. cerevisiae var. chevalieri | Schizosaccharomyces spp | Torulopsis spp | Kloeckera apis |
S. cerevisiae | Torulopsis spp | | S. cerevisiae |
Torulaspora pretoriensis | | | S. chevalieri |
2. Bakteri asam laktat (BAL)
Bakteri asam laktat tumbuh pada 36 jam setelah puncak produksi etanol, dimana populasi ragi menurun. Puncak produksi asam laktat terjadi pada hari kedua (Ostovar & Keeney, 1973).
Jenis bakteri asam laktat yang sering ditemukan dalam fermentasi kakao adalah L. fermentum, L. plantarum, L. lactis, L. mesenteroides, L. cellobiosus dan Lactococcus (Streptococcus) lactis (Passos et al, 1984 ). L. plantarum dan L. cellobiosus merupakan spesies bakteri asam laktat yang ditemukan di Indonesia selama proses fermentasi kakao (Ardhana, 1990).
Tabel 2. Bakteri asam laktat yang diisolasi dari fermentasi biji kakao di empat negara (Schwan &Wheals, 2004).
Brazil | Ghana | Malaysia | Belize |
Acetobacter aceti subsp. Liquefaciens A. peroxydans Gluconobacter oxydans subps. Suboxydans | A. ascendens A. xylinum G. oxydans | A. lovaniensis A. xylinum G. oxydans | Acetobacter spp. G. oxydans |
3. Bakteri asam asetat (BAA)
Setelah banyak pulp yang dimetabolisme dan kondisi menjadi aerobik. Populasi BAL menurun dan populasi BAA meningkat seiring dengan meningkatnya aerasi. Dua genus BAA adalah Acetobacter dan Gluconobacter yang telah diisolasi dari biji kakao. Acetobacter lebih sering muncul daripada Gluconobacter. Populasi BAA meningkat 80-90% dari total mikroflora setelah 2 hari fermentasi. . Dengan adanya bakteri asam asetat maka, maka alkohol diubah menjadi asam asetat, air, dan menyebabkan kenaikan suhu pada biji 45o-50oC. Setelah semua etanol dioksidasi, suhu pada biji menurun drastis. Asam asetat pada saat fermentasi berfungsi mematikan embrio pada biji (Thompson et al., 2001; Nurhidayat, 1984).
Tabel 3. Bakteri asam asetat yang diisolasi dari fermentasi biji kakao di empat negara (Schwan &Wheals, 2004).
Brazil | Ghana | Malaysia | Belgia |
A. peroxydans | A. rancens | A. rancens | Acetobacter spp |
Gluconobacter oxydans subsp. suboxydans | A. xylinum | A. xylinum | |
Acetobacter pasteurianus | A. ascendens | A. lovaniensis | Gluconobacter oxydans |
| Gluconobacter oxydans | Gluconobacter oxydans | |
Sabtu, 01 Oktober 2011
Pengolahan Kakao
Sabtu, Oktober 01, 2011
Unknown
No comments
Beberapa faktor penyebab mutu kakao beragam yang dihasilkan adalah minimnya sarana pengolahan, lemahnya pengawasan mutu serta penerapan teknologi pada seluruh tahapan proses pengolahan biji kakao rakyat yang tidak berorientasi pada mutu (Kadin, 2007). Sehingga menyebabkan harga biji kakao Indonesia relatif rendah dan dikenakan potongan harga dibandingkan dengan harga produk sama dari negara produsen lain, padahal Indonesia merupakan Negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia.
Tabel 2.3 Negara–negara penghasil kakao terbesar dunia dalam satuan persen hingga tahun 2007 (ICCO, 2004 ; Suryani & Zulfebriansyah, 2007).
No. | Negara | Tahun | ||
2001 | 2004 | 2007 | ||
1. | Pantai Gading | 44.2 | 38.3 | 38.3 |
2. | Ghana | 11.9 | 18.6 | 20.2 |
3. | Indonesia | 15.9 | 14.3 | 13.6 |
4. | Kamerun | 4.6 | 4.5 | 5.1 |
5. | Nigeria | 6.4 | 5.5 | 4.9 |
6. | Brazil | 4.3 | 5.5 | 4.9 |
7. | Ekuador | 2.8 | 2.8 | 3.1 |
8. | Lainya | 9.8 | 10.2 | 10.4 |
Dari data tersebut terlihat jelas konsistensi Indonesia sebagai negara pengahsil kakao terbesar, oleh karena itu perlu strategi yang tepat pada proses pengolahan biji kakao, sehingga menghasilkan biji yang berkualitas baik. Beberapa tahapan pengolahan kakao meliputi, pemeraman buah, pemecahan buah, fermentasi, perendaman dan pencucian, pengeringan, sortasi biji, pengemasan dan penyimpanan biji (Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian, 2007).
Rabu, 28 September 2011
Kakao
Rabu, September 28, 2011
Unknown
No comments
2.1 Tanaman Kakao
2.1.1 Sejarah kakao
Buah Kakao |
2.1.2 Taksonomi kakao
Kakao merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Kakao merupakan tumbuhan perennial berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 8-10 m. Pohon kakao dapat tumbuh pada daerah-daerah yang berada pada 10°C LS, dengan curah hujan 1-5 L/mm2 per tahun, dengan temperatur 18-32°C. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008).
Klasifikasi ilmiah kakao antara lain:
Dunia : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub kelas : Dialypetaleae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Theobroma
Jenis : Theobroma cacao L.
(Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008).
2.2 Manfaat Kakao
Kakao adalah bahan baku dari cokelat , dimana cokelat mengandung jumlah lemak dan gula yang tinggi, namun telah dilaporkan dapat memberikan kontribusi positif untuk kesehatan karena mengandung antioksidan dan flavonoid seperti katekin, epikatekin, prosianidin serta polifenol yang membantu kesehatan vaskular, mencegah penuaan dini, membangkitkan mood , meningkatkan fungsi pembuluh darah, melindungi sel darah merah dari lisis dan kerusakan oksidatif yang erat hubungannya dengan aktivitas antioksidan yang tinggi (Engler et al., 2004; Kusumaningtiyas, 2008; Wanti, 2008).
2.3 Karakterisasi Tanaman Kakao
2.3.1 Klasifikasi tanaman kakao (T. cacao)
Klasifikasi tanaman kakao yang bijinya dapat dimanfaatkan menjadi cokelat terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
a) Criollo
Criollo berasal dari daerah Amerika Tengah, Kepulauan Karibia, dan sebagian kecil bagian utara Amerika Selatan. Keunggulannya terletak pada kompleksitas rasa namun lembut dengan rasa cokelat klasik yang rendah, tetapi sangat kaya pada secondary note dengan jejak yang bertahan lama di mulut. Sayangnya, criollo kini sudah sangat sulit ditemukan dan hanya menghasilkan buah yang sedikit jumlahnya. Kalaupun ada, harganya sangat mahal di pasar kakao (Prihantoro, 2008).
b) Forastero
Forastero dapat dikatakan sebagai pohon kakao industri. Karena lebih tahan akan tuntutan lingkungan sekitarnya, jenis ini sangat mudah ditemukan diberbagai negara yang memiliki iklim tropis. Selain itu varietas ini sangat produktif menghasilkan buah kakao. Hanya saja, kualitasnya kalah dibandingkan dengan criollo. Bijinya memiliki karakter rasa khas cokelat sangat kuat (Reyhan, 2008). Forastero secara fisik memiliki ciri kulit berwarna hijau pada saat muda dan kuning pada saat matang dengan kulit yang tebal, serta menghasilkan biji cokelat yang mutunya sedang atau dikenal juga sebagai ordinary cocoa (Wanti, 2008).
c) Trinitario
Trinitario adalah perkawinan criollo dan forastero yang terjadi secara alami. Jenis ini memiliki “kekuatan fisik” forastero dan inner beauty dari criollo. Nama trinitario diberikan karena tanaman ini berasal dari Trinidad (Reyhan, 2008). Warna buah kakao pada dasarnya ada dua macam, yaitu (Smanda, 2008): -buah muda berwarna hijau putih dan bila masak menjadi berwarna kuning
-buah muda yang berwarna merah setelah masak menjadi oranye
-buah muda yang berwarna merah setelah masak menjadi oranye
2.3.2 Komposisi kimia biji kakao
Biji Kakao |
Menurut Misnawi et al. (2002), biji kakao yang difermentasi mengandung kadar polifenol sekitar 50-100 g/kg, sedangkan biji kakao non fermentasi mengandung polifenol yang lebih tinggi dibandingkan dengan biji kakao fermentasi, yaitu sekitar 120-180 g/kg. Keberadaan polifenol pada konsentrasi yang tinggi dalam kakao memberi pengaruh negatif terhadap citarasa, berupa rasa sepat dan pahit yang berlebihan serta menghambat pembentukan komponen-komponen aroma selama proses penyangraian biji kakao (Misnawi et al., 2004).
Tabel 2.1 Komponen dan komposisi biji kakao (Law et al., 2009)
Komponen | Komposisi (%) | |
Pulp | Air | 80- 87 |
Gula | 10-13 | |
Pentosa | 2-3 | |
Asam sitrat | 1-2 | |
Garam | 7-10 | |
Kotiledon | Air | 32-39 |
Selulosa | 2-3 | |
Pati | 4-6 | |
Pentose | 4-6 | |
Sukrosa | 2-3 | |
Lemak | 30-32 | |
Protein | 8-10 | |
Teobromin | 2-3 | |
Kafein | 1 | |
Asam | 1 | |
Polifenol | 5-6 |